PENTINGNYA LEARNING AND DEVELOPMENT PADA ORGANISASI SAAT INI DAN MASA DEPAN
PENTINGNYA LEARNING AND DEVELOPMENT PADA ORGANISASI SAAT INI DAN MASA DEPAN....

Melembagakan Proses Intervensi pada Organisasi
sumber
1. http://www.teukunoerman.com/apakah-model-pengembangan-ini-layak-diterapkan/
2. https://blogaldirinaldi.wordpress.com/pengembangan-organisasi/
Learning & Development Model
Proses
70-20-10 adalah pembelajaran dan pengembangan model yang dikembangkan oleh
Michael Lombardo dan Robert Eichinger (2000) yang menggunakan tiga pendekatan
untuk menyediakan sebuah platform pengembangan untuk para manajer senior dan
pemimpin. Sekitar 70% dari pembelajaran disediakan melalui penggunaan
tugas yang menantang dan pengalaman. Sekitar 20% dari pembelajaran dikembangkan
melalui hubungan dan umpan balik. Sekitar 10% dari pembelajaran yang
disampaikan melalui proses pelatihan formal.
Seperti
Jay Cross (2011) menulis model 70-20-10 adalah metode preskriptif untuk
mengembangkan pemimpin. Hal ini dibangun berdasarkan bagaimana orang
menginternalisasi dan menerapkan apa yang mereka pelajari berdasarkan bagaimana
mereka memperoleh pengetahuan.
The
Center for Creative Leadership (2011), di mana model 70-20-10 dikembangkan,
juga menyatakan bahwa model tersebut memang preskriptif. Sebuah
penelitian, waktu diuji mengenai pedoman untuk mengembangkan manajer mengatakan
bahwa kita harus memiliki tiga jenis pengalaman, menggunakan rasio 70-20-10:
tugas yang menantang (70 persen), hubungan perkembangan (20 persen) dan kursus
dan pelatihan (10 persen).
Beberapa
telah menyatakan bahwa model 70-20-10 menjadi model pembelajaran baru untuk
seluruh organisasi, namun, karena model ini hanya digunakan untuk mengembangkan
manajer yaitu untuk posisi senior dan eksekutif, itu tidak berarti bahwa ini
adalah model yang berguna untuk mengembangkan keterampilan dalam pembelajaran
sehari-hari dan alur kerja yang terjadi dalam organisasi karena diterapkan
dalam konteks yang berbeda dari apa yang dirancang.
Model
70-20-10 berguna untuk mengembangkan profesional selain manajer senior, tapi
karena rasio pembelajaran bervariasi antara berbagai kelompok peserta didik
(dan bahkan peserta didik individu dalam suatu kelompok), kita harus sangat
berhati-hati mengambil pendekatan ini.
Menggunakan
Rasio
Alasan
model 70-20-10 tidak mudah dilaksanakan pekerjaan sehari-hari yang terjadi
dalam organisasi adalah karena rasio pendidikan informal ke pendidikan formal
bervariasi, sebagai contoh :
1.
Studi terbesar dan paling komprehensif oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS dari
Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (1996). Penelitian mereka menemukan
bahwa rata-rata 30% dari kebutuhan pembelajaran berasal dari pendidikan formal,
sedangkan rata-rata pembelajaran informal sekitar 70%, sehingga sangat berbeda
dari rasio Model 70-20-10.
2.
Angka-angka ini adalah rata-rata, sehingga rasio sangat tergantung pada
konteks, seperti jenis peserta didik, dari pekerjaan, tingkat keterampilan,
perubahan organisasi, sebagai contoh, Loewenstein dan Spletzer (1998) melakukan
studi lain yang komprehensif untuk US Bureau of Labor Statistik dari Departemen
Tenaga Kerja AS menemukan bahwa belajar bervariasi dari sekitar 13% menjadi 46%
untuk pembelajaran formal dan 9% sampai 96% untuk pembelajaran informal.
3.
Ketika seseorang melihat rasio yang menunjukkan tingkat yang lebih rendah untuk
belajar formal, tidak ada atau sangat sedikit penelitian. Raybould (2000), yang
menulis bahwa, “banyak organisasi melaporkan bahwa 85-90% dari pengetahuan
pekerjaan seseorang dipelajari pada pekerjaan, dan hanya 10-15% yang dipelajari
dalam pelatihan formal peristiwa.
Pengaruh
10% Amplifier
Meskipun
pelatihan berkontribusi hanya 10 persen (sebenarnya 9-15%) pembangunan seorang
pemimpin dalam model 70-20-10 atau pelatihan lebih dikenal sebagai “efek
amplifier” pelatihan memperjelas, mendukung dan meningkatkan 90 persen
pembelajaran dari para pemimpin (The Center for Creative Leadership, 2011).
Artinya, pelatihan memberikan peserta didik bangunan dasar di mana bentuk
lain dari pembelajaran dapat dibangun.
Bell
(1977) menggunakan metafora dari batu bata dan mortir untuk menggambarkan
hubungan formal dan informal pembelajaran. Pembeajaran formal sebagai tindakan
belajar seperti batu bata menyatu ke dalam bangunan yang dapat muncul dari
pertumbuhan pribadi, sementara tindakan pembelajaran informal sebagai mortir,
memfasilitasi penerimaan dan pengembangan resmi belajar. Bell juga
mencatat bahwa pembelajaran informal tidak harus mengganti kegiatan belajar
formal, inilah sinergi yang menghasilkan pertumbuhan yang efektif.
Pengaruh
Sosial 20%
Belajar adalah
proses pembelajaran yang disebabkan atau disukai oleh orang-orang yang berada
di lingkungan umum dan mengamati satu sama lain (Conte, Paolucci, 2001). Hal
ini memungkinkan peserta didik untuk tidak hanya memahami satu sama lain untuk
perbandingan dan evaluasi diri, tetapi juga melihat orang lain sebagai sumber
informasi yang netral, yang dapat membantu atau mempercepat beberapa bentuk
pembelajaran instrumental.
Efek
Pengalaman 70%
Pengalaman
merupakan hal yang paling penting dimana para pemimpin dan manajer memperoleh
keterampilan dari pengalaman (Wilson, Velsor, Chandrasekar, Criswell, 2011).
Pengalaman
kerja memberikan keterampilan baru dan pengetahuan untuk pekerjaan bagi
pemegang jabatan sebagai contoh manajer dan pemimpin biasanya dapat menggunakan
keahlian mereka untuk menjalankan organisasi. Memberikan tantangan baru
atau mewakili tim pada pertemuan lintas fungsi untuk belajar tentang
fungsi-fungsi lain dalam organisasi.
ORGANISASI BELAJAR (LEARNING
ORGANIZATION)
UNTUK MENGEFEKTIFKAN
ORGANISASI
Kepemimpinan untuk
mengefektifkan organisasi tidak dapat melepaskan diri dari keharusan
melaksanakan konsep “organisasi belajar (learning organization disingkat LO)”
agar dapat mencapai tujuan secara maksimal.
Sehubungan dengan itu C. Marine
Fiol dan Marjorie A. Lyies (1985,p.97) mengatakan organisasi belajar adalah
“proses perbaikan tindakan, melalui peningkatan pemahaman dan pengetahuan”
dilingkungan suatu organisasi.
Selanjutnya David A.Garrin
(1993. P78) mengatakan bahwa organisasi belajar merupakan pengorganisasian
kreativitas, kecakapan dan transfer ilmu pengetahuan, yang selanjutnya
diharapkan mampu memperbaiki perilaku sebagai ilmu pengetahuan baru. Pengertian
ini jelas menunjukan bahwa sebuah organisasi bersifat dinamis, karena harus
megikuti perubahan dan perkembangan lingkunganya khususnya untuk organisasi
profit agar dapat mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya.
Perubahan lingkungan yang
sangat cepat khususnya bagi organisasi profit antara lain berupa :
1. Perubahan
nilai-nilai menyebabkan terjadi perubahan pada kebutuhan konsumen dalam
mengkomsumsi barang atau jasa sebagai produk sebuah organisasi. Konsumen
semakin menginginkan dan membutuhkan produk barang dan jasa yang berkualitas.
2. Perubahan
dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat berpengaruh
langsung pada proses produksi, jumlah dan kualitas prosuk, mengharuskan organisasi
melakukan adaptasi. Usaha melakukan adaptasi tersebut itu mengharuskan setiap
semua organisasi/perusahaan untuk melakukan kegiatan belajar secara
terus-menerus agar tidak dikalahkan kompetitornya.
3. Perubahan
dan perkembangan konsep-kosep yang mendasar mengenai organisasi khususnya
struktur organisasi, pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan/manajemen
untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas.
4. Era globalisasi
menciptakan era persaingan yang berat dan ketat sebagai kondisi yang
mengharuskan setiap organisasi berusaha meningkatkan daya saing dalam
menghadapi kompetitornya.
Untuk lebih memperjelas
pengertian organisasi belajar, berikut ada beberapa definisi dan penjelasnya :
Peter M. Senge dan Art
klener (1990, p20) menjelaskan bahwa
“ organisasi belajar adalah organisasi yang para anggotannya secara
terus-menerus meningkatkan kapasitas kerjanya untuk menciptakan hasil-hasil
yang sunguh-sungguh diinginkan dan pola-pola berpikir yang baru serta tetap
maju secara terarah dan aspirasi bersama diberi ruang yang bebas, dan para
anggota secara terus-menerus mempelajari bagaimana cara belajar kelompok”. Pemberdayaan
itu dapat dilakukan dengan cara kerja kelompok yang harus dipelajari secara
terus-menerus, agar pelaksanaan pekerjaan semakin efisien dan efektif.
Michael Back didalam Michael Marquardt dan Angus Reynold (1994,
p20) yang mengatakan “organisasi belajar adalah organisasi yang memberikan
fasilitas pembelajaran dan 2
pengembangan pribadi pada semua anggotanya dan pada
saat yang sama organisasi tersebut secara terus-menerus mengubah dirinya
sendiri”.
Untuk
mewujudkan tugas utama organisasi belajar tersebut agar menjadi kompetitif
dilingkungan yang dinamis, pemimpin atau organisasi harus mengurangi birokrasi
dan menjadi lebih fleksibel. Untuk itu Michael Marquardt da Angus Reynolds
(1994, p.21) telah memberikan beberapa kiat untuk organisasi belajar. Kiat yang
dimaksud sebagai berikut :
Pertama : semua anggota organisasi harus
memiliki pandangan yang harmonis tentang aktivitas-aktivitas, tujuan-tujuan
organisasi dan mengikuti arah kecenderungan masa yang akan datang, yang secara
popular disebut visi.
Kedua : organisasi harus mengakui dan
menerima pentingnya setiap individu memiliki akses untuk secara terus-menerus
mendapatkan informasi (data) dari semua tingkatan.
Ketiga : anggota organisasi harus memiliki
kesempatan belajar dari anggota lainnya dan untuk membuat keputusan mengenai
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dikerjakan.
Dengan
memperhatikan uraian-uraian terdahulu, dapat dikatakan bahwa organisasi belajar
merupakan suatu system, yang menurut Michael Marquartd terdiri dari lima sub
system . diantara lain :
1. Sub
system pertama : Pembelajaran
Pembelajaran
berhubungan dengan kemampuan pimpinan dalam memberikan motivasi agar semua
anggota organisasi melakukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
kerjanya. Pembelajaran menmencakup tingkat dan jenis keterampilan (skill) yang
harus dikuasai sesuai dengan perubahan-perubahan dan
perkembangan-perkembangannya yang harus diadaptasi. Pembelajaran harus
dilakukan oleh individu, kelompok (team) dan organisasi.
2. Sub Sistem Kedua : Analisis
Organisasi
Organisasi
dalam organisasi belajar merupakan tubuh tempat proses pembelajaran
berlangsung/diselenggarakan. Di dalamnya terdapat 4 komponen yang harus
mendapat perhatian dari para pemimpin dalam upaya mengefektifkan organisasi.
Keempat komponen tersebut adalah :
1) Visi
2) Budaya
3) Strategi
4) Dan
struktur organisasi
3. Sub
Sistem Ketiga : Manusia (SDM)
Sub system
manusia (people sub system) dari organisasi belajar merupakan unsur sentral,
karena tanpa sub system ini seluruh sub system lainnya dan kegiatan organisasi
akan lumpuh. Sub system ini terdiri dari anggota organisasi/karyawan khususnya
konsumen bagi organisasi yang disebut perusahaan/industry. Ke 4 unsur SDM itu
sangat pentig bagi kegiatan mempertahankan dan mengembangkan eksistensi
organisasi, melalui kegiatan organisasi belajar.
Sub system
manusia adalah SDM didalam dan diluar organisasi yang harus diberdayakan
melalui organisasi belajar.
a. Anggota
organisasi/karyawan
Anggora
organisasi /karyawan diberdayakan agar terus menerus belajar untuk
mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kerjanya dalam rangka menghadapi masa
depan organisasi.
b. Pemimpin
Pemimpin
diberdayakan agar terus menerus belajar mengenai kepemimpinan yang mampu
mengefektifkan organisasi dalam mencapai tujuannya
c.
Pelanggan/ Konsumen
Konsumen atau
pelanggan diberdayakan agar dapat mengindentifikasikan kebutuhan dan
keinginannya
d. Pemasok
Pemasok
diperdayakan agar dapat memberikan kontribusi terhadap program – program
organisasi dalam memenuhi keiiinginan dan kebutuhan konsumen/pelanggan atau
organissai masyarakat pada umumnya
e. Mitra
usaha
Diberdayakan
untuk saling bertolerasni dan saling mendukung dalam meraih sukses/laba,
melalui organisasi belajar dengan peningkatan berbagai kompetensinya,
pengalaman dan pengetahuannya
f. Masyarakat
Masyarakat
harus diberdayakan melalui lemabaga pendidikan, lembaga sosial dan ekonomi
sebagai sumber informasi yang melalui organisasi belajar, agar kualitas
informasinya semakin tinggi.
4. Sub
Sistem Keempat : Pengetahuan
Sub system ini
dalam organisasi belajar terus-menerus dibutuhkan, baik yang berkenan dengan
pengetahuan kepemimpinnan & manajemen maupun pengetahuan mengenai bidang
kerja di dalam organisasi. 4 kegiatan organisasi belajar yang berkenaan dengan
pengetahuan, yang mencakup akuisisi berupa alih/adaptasi pengetahuan, kreasi
(penciptaan), penyimpannan dan pemaanfaatan pengetahuan.
a. Akuisisi
: berupa kegiatan pengumpulan dan penguasaan data dan informasi dari
sumber-sumber didalam dan diluar organisasi.
b. Kreasi : pengetahuan baru yang diciptakan didalam
organisasi melalui kegiatan-kegiatan penyelesaian masalah yang dihadapi unit
kerja/organisasi
c. Penyimpanan : kegiatan organisasi belajar dalam
bentuk menghimpun data dan informasi dari berbagai sumber kedalam data base untuk
memudahkan pimpinnan/anggota organisasi yang berkepentingan mengakses data atau
informasi yang dibutuhkan
d. Pengalihan
dan pemanfaatan : jaringan data/informasi yang diperoleh dari kegiatan
tersebut diatas, yang siap digunakan dalam melakukan kegiatan organisasi
belajar bagi anggota organisasi
5. Sub
Sistem Kelima : Teknologi
Sub system ini
dalam kegiatan organisasi belajar merupakan sarana pendukung tersedianya akses
dan pertukaran informasi untuk terjadinya proses pembelajaran. Dalam kegiatan organisasi
belajar sub system ini sangat penting untuk kegiatan kepemimpinnan
mengefektifkan organisasi, karena dalam era globalisasi dan era sekarang ini
dan dimasa mendatang, kemampuan organisasi dalam menghimpun, mengolah dan
memfaatkan data/informasi secar cepat dan tepat, akan mempengaruhi kemampuan
kompetitifnya.
1) Teknologi informasi dalam organisasi belajar
meliputi kegiatan-kegiatan mengumpulkan, mengkaji menyimpan dan
mendistribusikan data/informasi dengan menggunakan computer.
2) Pembelajaran berbasis teknologi dalam organisasi
belajar mencakup pembelajaran dengan mempergunakan video audiodan computer
multi media, baik untuk penyampaian maupun pertukaran informasi berupa
pengetahuan, keterlampilan dan keahlian tertentu.
3) Komponen
system pendukung kinerja elektronik dalam organisasi belajar upaya-upaya
untuk meningkatkan kinerja anggota organisasi melalui pembelajaran terhadap
cara kerja penggunaan alat bantu elektronik, yang terus berubah dan berkembang.
Dalam uraian-uraian diatas jelas bahwa program organisasi
belajar (learning organization), sangat pendukung bagi usaha pemimpin dalam
mengefektifkan organisasi masing-masing. Organisasi belajar adalah organisasi
yang pemimpinnya mampu menerapkan pembelajaran bersama secara terus-menerus,
untuk mentransformasikan organisasinya agar lebih baik dari masa sebelumnya.
Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi (PO) sebagai suatu disiplin
perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan
praktek keperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas
yang lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui
orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka
membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Di dalam menghadapi
akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO diperlukan untuk bisa mengatasi
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.
Sejarah pengembangan organisasi ditunjukkan oleh
lima latar belakang/batang: pelatihan laboratorium, umpan balik survei, riset
tindakan, produktivitas dan kualitas kehidupan kerja, serta perubahan
strategik. Pertumbuhan yang berkelanjutan di dalam sejumlah deversitas
pendekatan PO, praktisi, dan keterlibatan organisasi membuktikan sehatnya suatu
disiplin dan menawarkan suatu prospek yang menguntungkan di waktu mendatang.
Para Pelaku Pengembangan Organisasi
Para Pelaku Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi (PO) diterapkan kepada tiga
jenis manusia: spesialisasi individu di dalam PO sebagai profesi, orang-orang
dari lapangan yang terkait, yang telah mencapai sejumlah kompetensi di dalam
PO, dan para manajer yang memiliki keahlian PO yang diperlukan untuk perubahan
dan mengembangkan organisasi atau departemen mereka.
Peranan profesional PO dapat diterapkan terhadap
konsultan internal, yang memiliki organisasi yang sedang mengalami perubahan,
dan terhadap konsultan eksternal yang menjadi anggota universitas dan
perusahaan konsultan atau bekerja sendiri, serta terhadap anggota tim konsultan
internal-eksternal. Peranan PO akan dideskripsikan secara tepat didalam istilah
marjinalitas. Orang-orang yang berorientasi pada marjinalitas nampak khususnya
beradaptasi untuk peran PO, karena mereka dapat menjaga kenetralan dan
objektivitas serta mengembangkan solusi yang integratif yang mengakurkan titik
pandang antara departemen-departemen oposisi. Sementara peranan PO di masa lalu
telah dideskripsikan sebagai ujung klien dari suatu kontinum mulai dari fungsi
clien-centered kepada consultant-centered. Pengembangan intervensi baru dan
beraneka ragam telah menggeser peranan profesional PO meliputi keseluruhan
rentang dari kontinum tersebut.
Walaupun masih menjadi suatu kemunculan profesi,
sebagian besar profesional PO memiliki pelatihan khusus didalam PO, terbentang
dari kursus-kursus jangka pendek dan workshop-workshop, serta pendidikan master
dan doktor. Tidak ada jalur karir tunggal, namun demikian konsultan internal
sering digunakan sebagai batu loncatan untuk menjadi konsultan eksternal.
Nilai telah memainkan peran kunci di dalam PO, dan
nilai-nilai tradisional mendukung kepercayaan, kerja sama, dan kejujuran yang
pada akhir-akhir ini telah dilengkapi dengan nilai-nilai keefektifan dan
produktivitas organisasional. Spesialis PO akan menghadapi dilema nilai dalam
rangka mencoba untuk bekerja sama mengoptimalkan keuntungan
sumber daya manusia dan kinerja organisasi. Mereka
juga akan menjumpai konflik nilai ketika berhadapan dengan stakeholder
eksternal yang penuh kekuatan, seperti pemerintah, pemegang saham, dan
pelanggan. Berhadapan dengan kelompok dari luar tersebut akan memerlukan
keahlian politik, begitu juga keahlian sosial tradisional yang lebih baik.
Issue-issue yang berkaitan dengan etika di dalam PO
melibatkan bagaimana para praktisi melaksanakan peran bantuan mereka dengan
klien. PO senantiasa menunjukkan perhatiannya terhadap pelaksanaan yang
berkaitan dengan etika para praktisi, dan pada akhir-akhir ini sebuah kode yang
berkaitan dengan etika untuk praktek PO telah dikembangkan oleh berbagai macam
asosiasi profesional di dalam PO. Issu-issu yang berkaitan dengan etika di
dalam PO cenderung untuk muncul di sekitar issue-issue berikut ini: pemilihan
intervensi, menggunakan informasi, menahan servis, ketergantungan klien,
pemilihan partisipasi, dan memanipulasi klien.
Konsep Perubahan Organisasi
Semua organisasi harus berubah karena adanya tekanan
di dalam lingkungan internal maupun eksternal. Walaupun perubahan yang terjadi
lebih pada lingkungan, namun pada umumnya menuntut perubahan lebih pada
organisasional, dan organisasi-organisasi bisa melakukan lebih banyak perubahan
ataupun lebih sedikit. Organisasi-organisasi bisa merubah tujuan dan
strategi-strategi, teknologi, desain pekerjaan, struktur, proses-proses, dan
orang. Perubahan-perubahan pada orang senantiasa mendampingi
perubahan-perubahan pada faktor-faktor yang lain.
Proses perubahan pada umumnya mencakup sikap dan
perilaku saat ini yang unfreezing, perubahan-perubahannya dan akhirnya
kepemilikan sikap dan perilaku yang baru yang refreezing. Sejumlah isu-isu
kunci dan problem harus dihadapi selama dalam proses perubahan umum. Pertama
adalah, diagnosis yang akurat mengenai situasi dan kondisi saat ini. Kedua
adalah, penolakan yang ditimbulkan oleh adanya unfreezing dan perubahan.
Terakhir adalah, isu pelaksanaan evaluasi yang memadai dari usaha perubahan
yang sukses, di mana evaluasi-evaluasi semacam itu kebanyakan lemah atau bahkan
tidak ada sama sekali
Berbagai Pendekatan Perubahan Organisasi
Ada tiga pandangan tentang konsep perubahan
organisasi pertama, pada hakikatnya target perubahan organisasional adalah
birokrasi yang digunakan sebagi alat administrasi dan sebagai instrumen
kekuasaan dan pengaruh. Kedua, perubahan organisasi harus melalui cara
demokrasi dan liberalisasi. Ketiga, organisasi dan manajemen dapat mengenali
gap antara situasi yang ada dengan yang diharapkan berdasarkan ukuran-ukuran tertentu
yang biasa digunakan yaitu, efektivitas, efisiensi, dan kepuasan anggota
organisasi.
Di samping tiga pandangan tersebut ada sejumlah
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami perubahan organisasi. Berbagai
pendekatan tersebut adalah pertama, pendekatan yang menekankan pada
hubungan-hubungan antara struktur, teknologi dan orang. Dari ketiga unsur
tersebut akan dapat ditentukan tentang apa yang akan diubah dan bagaimana cara
mengubahnya. Kedua, dari mana ide konsep pendekatan tersebut berasal. Di sini
ada dua konsep yaitu analisis Leavitt dan analisis Greiner. Leavitt cenderung
menjawab persoalan apa yang dapat diubah, sedangkan Greiner cenderung menjawab
bagaimana perubahan itu dilakukan atau diimplementasikan.
Diagnosis Organisasi
Untuk menyusun suatu perencanaan perubahan perlu
dilakukan suatu diagnosis organisasi. Diagnosis organisasi dapat dilakukan oleh
organisasi yang bersangkutan maupun dengan bantuan pihak luar.
Mendiagnosis organisasi dengan memandang organisasi
sebagai suatu sistem terbuka dapat dipandang melalui 3 tingkatan, yaitu:
- Organisasi secara keseluruhan adalah cara memandang organisasi secara keseluruhan, termasuk bentuk perusahaan, struktur, mekanisme, sumber-sumber yang digunakan organisasi.
- Kelompok kerja (unit, bagian) adalah kelompok-kelompok kerja yang ada pada organisasi, berikut struktur interaksi yang terjadi antaranggota kelompok.
- Individu adalah pribadi-pribadi dalam organisasi, termasuk di sini adalah kewajiban individu dalam organisasi.
Pada proses diagnosis organisasi yang perlu
dilakukan adalah memperhatikan hal-hal yang terjadi pada tiap tingkat:
- Tingkat organisasi (secara keseluruhan) – pada tingkat ini dapat dilihat bentuk perusahaan dan bentuk-bentuk hubungan dalam pengalokasian sumber-sumber yang dimiliki.
- Tingkat kelompok kerja (departemen) – pada tingkat ini dapat diperhatikan bentuk-bentuk kelompok kerja dan hubungan yang terjadi antar anggota kelompok.
- Tingkat individu – pada tingkat ini yang diperhatikan adalah bagaimana deskripsi suatu jabatan kerja disusun sehingga individu dapat berkarya secara maksimal.
Diagnosis Organisasi dan Tingkatannya
Proses diagnosis organisasi dilakukan dengan
menganalisis tingkatan-tingkatan yang terdapat dalam organisasi, yaitu:
- Organisasi secara keseluruhan.
- Kelompok kerja (unit, bagian).
- Individu.
Untuk menganalisis ketiga tingkatan dalam organisasi
dengan memperhatikan unsur-unsur: inputs, design components dan outputs.
Metode Pengumpulan Data dalam Diagnosis Organisasi
Sebagai bahan dalam diagnosis organisasi diperlukan
data mengenai organisasi yang bersangkutan. Proses pengumpulan data yang
diperlukan dapat menggunakan metode:
- Kuesioner.
- Wawancara.
- Pengamatan (observasi).
- Data Sekunder.
Metode-metode tersebut mempunyai kelebihan dan
kelemahan, karenanya dalam penggunaannya dapat dilakukan dengan cara
penggabungan agar memberi manfaat yang maksimal.
Analisis Diagnosis Data
Proses analisis data dibedakan pada data kualitatif
dan data kuantitatif. Metode yang biasa digunakan untuk menganalisis data
kualitatif adalah:
- Content analysis;
- Force Field analysis;
- Diagram.
Metode yang biasa digunakan untuk menganalisis data
kuantitatif pada analisis diagnosis organisasi adalah: means, standard deviasi,
distribusi frekuensi, diagram pencar (scattergram), koefisien korelasi,
difference tests.
Penerapan Proses Perubahan
Penerapan Proses Perubahan
Perubahan yang dilakukan pada individu, kelompok,
maupun organisasional, perlu adanya suatu keterampilan, pengetahuan, dan
pelatihan paling sedikit dalam dua bidang, yaitu diagnosis dan penerapan
perubahan.
Penerapan merupakan langkah lanjut dari tahap
diagnosis organisasional, di mana pada tahap ini akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan: 1). bagaimana melakukan perubahan,
baik dalam individu, kelompok, maupun organisasional. 2). bagaimana caranya
agar orang-orang dapat menerima perubahan, dan 3). Apa saja yang mendukung dan
menghambat perubahan.
Ada dua (2) alat analisis yang dapat dipergunakan
dalam penerapan pertama, analisis medan faktor dan kedua, analisis daur
perubahan. Analisis medan faktor, dikembangkan oleh Kurt Lewin yang bermanfaat
untuk menguji variabel-variabel guna menentukan tingkat efektivitas suatu
perubahan organisasional. Sedangkan analisis daur perubahan akan menganalisis
empat tingkat perubahan organisasional, yang mencakup perubahan pengetahuan,
perubahan sikap, perubahan perilaku organisasional, dan perubahan prestasi
kelompok atau organisasional. Tingkat-tingkat perubahan tersebut menjadi sangat
signifikan pada pengkajian daur perubahan parsipatif dan daur perubahan
direktif.
Selanjutnya, salah satu pertimbangan yang paling
penting dalam menentukan apakah akan menerapkan strategi perubahan partisipatif
atau direktif atau kedua-duanya, adalah penggunaan pola komunikasi yang
diterapkan pada organisasi atau kelompok yang dituju saat itu. Dalam menerapkan
strategi perubahan, para manajer organisasi harus berusaha mencakup
pengembangan pola komunikasi yang tepat ke dalam strategi perubahan organisasi.
Sebelum melaksanakan strategi perubahan organisasi perlu pula dipertimbangkan
struktur komunikasi yang diterapkan pada waktu itu. Bahwa strategi perubahan
perlu disesuaikan dengan pola struktur komunikasi yang telah terbentuk
sebelumnya.
Proses Perubahan dan Mengatasi Penolakan Terhadap
Perubahan
Semua organisasi harus berubah karena adanya
tekanan-tekanan baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Walaupun
kebanyakan perubahan lingkungan biasanya meminta lebih banyak perubahan
organisasional, akan tetapi organisasi-organisasi dapat melakukan
perubahan-perubahan yang begitu besar atau juga begitu kecil.
Organisasi-organisasi dapat merubah tujuan dan strategi, teknologi, desain
jabatan, struktur, proses dan orang-orangnya. Perubahan manusia hampir selalu
mengikuti perubahan dalam faktor-faktor yang lain.
Proses perubahan secara umum mencakup unfreezing
sikap dan perilaku saat ini, berubahnya, dan refreezing sikap dan perilaku baru
yang diminta. Beberapa isu atau masalah-masalah kunci harus dihadapi selama
proses perubahan umum. Satu di antaranya adalah diagnosis secara akurat kondisi
saat ini dan penolakan terhadap perubahan yang timbul dari kondisi unfreezing
dan kondisi perubahan itu sendiri.
Mengevaluasi Hasil Intervensi
Yang dimaksud proses evaluasi dengan dilakukannya
intervensi adalah:
- Penilaian selama intervensi diimplementasikan.
- Penilaian setelah proses intervensi diimplementasikan.
Tujuan dilakukan evaluasi adalah:
- Memperoleh umpan balik (feedback) terhadap implementasi intervensi (implementation feedback). Umpan balik yang dihasilkan merupakan informasi yang akan menjadi bahan penuntun pelaksanaan implementasi.
- Memperoleh umpan balik dari hasil evaluasi yang dilakukan (evaluation feedback). Informasi yang diperoleh dari evaluation feedback adalah hasil intervensi yang dilakukan, apakah sesuai atau tidak dengan rencana.
Melembagakan Proses Intervensi pada Organisasi
Keberhasilan sosialisasi proses intervensi
dipengaruhi 4 hal, yaitu:
- Karakteristik Organisasi.
- Karakteristik Intervensi.
- Proses Sosialisasi.
- Indikator proses sosialisasi.
sumber
1. http://www.teukunoerman.com/apakah-model-pengembangan-ini-layak-diterapkan/
2. https://blogaldirinaldi.wordpress.com/pengembangan-organisasi/
Terimakasih artikelnya tentang mengapa organisasi perlu belajar
BalasHapus